Sabtu, 08 Februari 2014

TEKNOLOGI PENGOLAHAN KOMIDITAS PERKEBUNAN HULU “ Laporan Praktikum Kunjungan Lapang PTPN XII Renteng Kabupaten Jember”

BAB  I. PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Karet merupakan salah satu hasil pertanian yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Dalam bidang ekonomi karet memegang peranan penting dan strategis dalam meningkatkan devisa negara. Ekspor karet merupakan penghasil devisa kedua setelah kelapa sawit. Nilai ekspor karet alam pada tahun 2010 berdasarkan data Gapindo(2011) mencapai US$ 7.326.605.391. porsi ekspor terbesar adalah karet spesifikasi teknis(Technically Spesified Rubber, TSR). Ekspor TSR dengan kodifikasi Standar Indonesian Rubber (SIR) jenis SIR 20 mencapai 2.165.148 ton atau sekitar dari total ekspor karet alam(Direktorat Jendral Kerjasama Perdagangan Internasional, 2006).
Indonesia sebagai negara dengan perkebunan terluas di dunia memiliki potensi sebagai penghasil karet terbesar di dunia. Pada tahun 2009 total luas perkebunan karet indonesia sebesar 3.435.270 hektar dengan produksi total karet alam sebanyak 2.440.347 ton. Total luas kebun dan produksi karet alam meningkat pada tahun 2010 menjadi 3.445.121 hektar dengan total produksi karet alam sebesar 2.591.935 ton (Ditjenbum, 2012). Diantaranya 85% merupakan perkebunan karet milik rakyat dan hanya 7% perkebunan besar negara serta 8% perkebunan milik swasta. Pada umunya mutu karet alam yang dihasilkan perkebunan rakyat masih rendah karena alat dan pengolahannya yang sangat sederhana. Karet alam mulai tersaingi ketika  produksi karet sintetis meningkat misalnya butyl rubber (BR), styrene butadin rubber (SBR) dan lain-lain.
Dengan adanya praktikum kunjungan lapang disalah satu pabrik karet yaitu PTPN XII Renteng ini diharapkan mahasiswa mengerti kondisi karet alam saat ini dan mengetahui pengolahan karet yang secara tepat dalam meningkatkan perbaikan mutu karet alam nantinya. Kompetensi mahasiswa dinilai sangat kurang jika tidak mengetahui secara langsung gambaran teknologi pengolahan hulu karet. Notabene teori yang diberikan selama kegiatan perkuliahan belum tentu seperti apa yang ada dilapang.
1.2  Tujuan
Tujuan dari praktikum kunjungan lapang ini mahasiswa diharapkan :
1.      memahami proses pengolahan lateks dan mutu yang dihasilkan.



















BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Praproses Penyadapan Lateks
Perkebunan karet PTPN XII Renteng Kabupaten Jember memiliki luas 800 hektar dengan investasi per tahunnya sebesar 633 ton. Lateks yang dihasilkan dari tanaman karet Perkebunan Renteng Kabupaten Jember merupakan produk lateks terbaik di wilayah Propinsi Jawa Timur. Jenis karet yang dihasilkan adalah karet sheet.
Kualitas lateks hasil sadap dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya sistem sadap. Jika sistem yang dilakukan baik atau sesuai, maka lateks yang dihasilkan mempunyai mutu yang baik. Penyadapan yang baik dilakukan pada waktu dini hari. Perkebunan renteng melakukan penyadapan tepatnya pukul 03.00-05.00 WIB dan sampai dipabrik pada pukul 07.00 WIB. Waktu penyadapan sebaiknya dilakukan jam 5.00 – 7.30 pagi (Adri dan Supriyanto, 2009).Pada jam-jam tersebut, keadaan tanaman dalam tekanan turgor tinggi sehingga lateks yang keluar maksimal. Jika penyadapan dilakukan menjelang siang hari, adanya panas berdampak terjadinya  penguapan dan lateks yang dihasilkan sedikit. Setelah dilakukan penyadapan, sesegera mungkin lateks diangkut menuju pabrik untuk diolah agar tidak menggumpal. Lateks yang menggumpal sebelum proses pengolahan memberikan mutu yang rendah.
Penyadapan dilakukan dengan cara membuka pembuluh lateks dalam kulit lateks. Lateks mulai bisa disadap ketika tanaman sudah berumur 5-7 tahun. Sebelum membuka pembuluh lateks, kulit batang dibersihkan. kemudian dipasang alat pengalir lateks pada bagian bawah sadap. Tebal sadapan 1-2 mm dan tidak melukai kambium.
Rumus sadap misalnya S/2 d/2 berarti tanaman disadap selama 2 hari sebanyak dua kali dengan spiral ½ pohon. S menunjukkan spiral dan d menunnjukan hari penyadapan.
2.2 Penerimaan Lateks Kebun
Pada PTPN XII lateks yang diperoleh dari kebun dihitung Kadar Karet Keringnya. Untuk menghitung KKK, setiap bak penampung secara acak diambil sebanyak 100 cc kemudian ditampung dalam bak dan diaduk dengan ditambahkan asam semut 1% untuk menggumpalkan lateks. Setelah lateks menggumpal, dilakukan penggilingan dengan kecepatan 200 putaran. Sebelumnya karet basah ditimbang, sehingga diketahui berat karet basah. Kemudian air pada lateks dihilangkan dengan cara diperas dengan kain blancu sampai air benar-benar hilang. Setelah itu lateks ditimbang.
KKK
FP     =  =
Biasanya para petani penyadap melakukan kecurangan dengan menambahkan air pada lateks segar sehingga volume bertambah dengan tujuan mereka mendapat upah lebih banyak. Perhitungan KKK menjadi sangat penting untuk menghindari kecurangan petani penyadap. Lateks yang terlalu banyak air akibatnya timbul gelembung yang dapat mempengaruhi mutu karet sheet.
2.3 Pengenceran Lateks
Pengenceran ini dilakukan untuk menyeragamkan lateks yang diperoleh dari petani. Lateks yang didapatkan mempunyai KKK yang berbeda, selain itu untuk memudahkan proses penyaringan dan meminimalisir gelembung udara atau gas. Pengenceran dilakukan dengan menambah air sampai KKK 15%.
2.4 Pembekuan Lateks
Pembekuan lateks bertujuan membuat lateks menjadi kenyal dan tidak sobek/putus ketika di pengasapan. Pembekuan biasanya dilakukan dengan menggunakan bahan penggumpal. Sebelum pembekuan, dilakukan penyaringan 30-40 mesh untuk menghilangkan benda-benda asin dan gelembung udara. Timbulnya gelembung udara disebabkan oleh:
1.      Penambahan air campuran oleh petani penyadap
2.      Adanya guncangan ketika pengangkutan yang mengakibatkan partikel lutoid pecah.
3.      Jarak pengayakan terlalu tinggi dengan penampung
4.      Benda asing seperti kerikil
Bahan penggumpal berupa asam semut 1% sebanyak 5 cc per 1 kg kering dengan dilakukan pengadukan pada bak tempat pembekuan lateks. Setelah itu diberi skat-skat dan ditutup plastik. Pembekuan dilakukan selama 2-3 jam.
Jika dalam penambahan asam semut kurang, maka tekstur lateks menjadi lembek, pecah-pecah dalam lembaran. Jika berlebih, terjadi kekakuan dan pada hari ke-5 pengasapan sheet menjadi paat. Begitu akan dipress sangat kaku.
Setelah proses pembekuan selesai, lateks dialiri air agar tidak lengket sebelum masuk proses penggilingan.
2.5 Penggilingan
            Penggilingan sejumlah 6 menggunakan gilingan berpatron. Tujuan penggilingan adalah untuk memperluas bidang sheet dan mengeluarkan sebagian air. Ketebalan sheet yang diharapkan hasil penggilingan adalah 0,3 cm. Setelah dilakukan penggilingan, sheet dibilas dengan air agar tidak ada serum yang tersisa. Adanya serum yang dapat mengakibatkan cacat pada sheet.
2.6 Pengasapan dan Pengeringan
Pengasapan dilakukan selama 5 hari dengan bahan bakar kayu basah untuk mendapatkan asap. Tujuan pengasapan adalah untuk mengawetkan sheet dan memberikan warna coklat pada sheet. Suhu yang diberikan setiap harinya semakin menurun. Hal ini dapat ditunjukkan pada tabel di bawah ini:
Hari
Suhu (OC)
Perlakuan
Pertama
40-50
Jumlah asap banyak & ventilasi udara cukup
Kedua
50-54
Jumlah asap & ventilasi dikurangi ½ dari hari 1
Ketiga
50-55
Jumlah asap & ventilasi dikurangi ¼ dari hari 1
Keempat
50-55-60
Jumlah asap & ventilasi serendah mungkin

Ketika sudah mencapai hari ke 5, sheet ditimbang untuk mengetahui kurang lebih berat sheet setelah pengasapan.
2.7 Sortasi dan Pengemasan
Sortasi dilakukan oleh petugas sortasi. Sheet dibersihkan dari benda-benda asing seperti kerikil dengan cara dicukit/digunting/disikat/disemprot formalin. Penyemprotan formalin bertujuan untuk mencegah tumbuhnya jamur pada sheet.
Sortasi dilakukan berdasarkan mutu RSS dengan cara visual:
1.      Gelembung
2.      Cacat giling/cacat gunting/tidak matang
3.      Noda oleh benda asing
Mutu RSS di bagi menjadi RSS 1, RSS 2, RSS 3 dan mutu gunting dengan ketentuan sebagai berikut:
No.
Mutu
Ketentuan
1.
RSS 1
Tidak ada gelembung & cacat giling
2.
RSS 2
Gelembung sedikit & kecil
3.
RSS 3
Gelembung besar
4.
Gunting
Digunting karena cacat & tidak matang

2.8 Pengepakan
Pedoman pengepakan karet sebagai berikut :
I.    Petunjuk pengepakan small bale
No.
Ketentuan
1.
RSS 1 ditimbang 33,33 kg
2.
Dilipat & disusun dalam kotakan cetakan
3.
Cek berat/ball
4.
Press
5.
Dikemas dengan plastik
6.
Dipress susun 3 ball
7.
Dibegel selama 24 jam
8.
Penulisan monor chop/ball
9
Ball distapel/dikover

II. Petunjuk pengepakan big bale
No.
Ketentuan
1.
RSS 1,2,3 & cutting ditimbang 113 kg
2.
Dilipat & disusun dalam kotakan cetakan
3.
Cek berat/ball
4.
Press
5.
Dibegel selama 24 jam
6.
Sablon
7.
Simpan
8.
Penulisan monor chop/ball
9
Ball distapel/dikover








III.   Bahan campuran laburan ball sheet
No.
Bahan campuran
Ketentuan
1.            
Minyak tanah
7 liter/ton
 2.
Talk powder
2 kg
 3.
Arpus
0,1 kg
 4.
Tepol
0,1 kg/ton
 5.
Guntingan karet
1 kg


           

           


           







BAB III. PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Kesimpulan dari prakrikum kunjungan lapang sebagai berikut :
1.      Pengolahan lateks dimulai dari penyadapan, penerimaan lateks kebun, pengenceran lateks, pembekuan lateks, penggilingan, pengasapan dan pengeringan, sortasi dan pengemasan serta pengepakan.
2.      Kualitas lateks dipengaruhi sistem sadap. Jika sistem sadap sesuai maka kualitas lateks baik. Sistem sadap meliputi teknik penyadapan mulai dari perlakuan tanaman sebelum di sadap dan penetuan spiral penyadapan atau rumus sadap.
3.      Sortasi dilakukan berdasarkan mutu RSS dengan cara visual:
-          Gelembung
-          Cacat giling/cacat gunting/tidak matang
-          Noda oleh benda asing
4.      Mutu lateks dibagi menjadi 3 yaitu RSS 1, RSS 2, RSS 3 dan mutu gunting.
No.
Mutu
Ketentuan
1.
RSS 1
Tidak ada gelembung & cacat giling
2.
RSS 2
Gelembung sedikit & kecil
3.
RSS 3
Gelembung besar
4.
Gunting
Digunting karena cacat & tidak matang

 5. Hasil praktikum lapang tidak jauh berbeda dari teori yang disampaikan dalam perkuliahan. Tahapan proses pengolahan di lapang sama dengan tahapan proses yang disampaikan di perkuliahan. Namun tahapan proses di lapang ada tahapan pelaburan yang belum di sampaikan di perkuliahan. Pelaburan yang dilakukan di PTPN XII Renteng menggunakan formalin untuk mencegah sheet dari cendawan. Pelaburan ini dilakukan pada tahapan sortasi. Selain mencegah cendawan, pelaburan bertujuan untuk mencegah air kotor masuk ke sheet.
3.2 Saran
 1. Karena dilarang menggambil gambar pada setiap tahapan proses di perkebunan, dokumentasi dianggap sangat kurang. Setidaknya pihak pengolahan memberikan dokumentasi gambar karena mahasiswa tidak diizinkan mengambil gambar.
2. Waktu kunjungan yang disediakan sangatlah kurang sehingga waktu diskusi sangatlah pendek.
3. Kunjungan lapang dinilai kurang, karena mahasiswa tidak secara langsung praktikum di lapang. Diharapakan mahasiswa mampu praktikum di lapang.
4. Kunjungan lapang  kurang mengena pada seluruh individu. Lebih baik ketika di lapang, setiap mahasiswa dibekali Lembar Kerja Individu mengenai bahasan-bahasan terpenting dalam studi lapang sehingga mahasiswa fokus pada topik pembahasan studi lapang dan mempunyai arsip hasil studi lapang yang lebih sistematis. 25% mahasiswa dalam studi lapang tidak serius memahami yang ada dilapang.
5. Studi lapang diharapkan tidak hanya pada pengolahan karet sheet saja.






DAFTAR PUSTAKA

Adri dan Supriyanto, Joko. 2009. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi: Teknologi Penyadapan Tanaman Karet. http://jambi.litbang.deptan.go.id/ind/images/PDF/leafletkaret09.pdf (diakses pada tanggal 13 November 2012).

Direktorat Jendral Kerjasama Perdagangan Internasional.2006. International Rubber Consortium Limited (IRCo). http://ditjenkpi.kemendag.go.id/website_kpi/index.php?module=news_detail&news_category_id=4&news_sub_category_id=67 (diakses pada tanggal 13 November 2012).

1 komentar:

  1. bisa minta info tentang sejarah perkebunan renteng?lagi butuh buat bahan skripsi ini

    BalasHapus