Minggu, 19 Januari 2014

Laporan Sabun Lemak Kakao





LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PENGOLAHAN PRODUK DERIVAT

PEMBUATAN SABUN LEMAK KAKAO




Disusun oleh :
Khalimatus Sa’diah 111710101054
Kelompok 8/THPB        (SHIFT 2)




JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2013


















BAB 1. METODOLOGI PRAKTIKUM

1.1 Alat Dan Bahan
1.1.1 Alat
1.      Timbangan digital
2.      Panic stainless
3.      Kompor gas
4.      Thermometer
5.      Spatula
6.      Beaker glass
7.      Cetakan sabun
8.      Kain tebal
9.      Pisau stainless
10.  Pipet tetes
11.  Wadah-wadah gelas
12.  Sendok
13.  Plastic wrapping
1.1.2 Bahan
1.      Lemak kakao
2.      Minyak kelapa sawit
3.      NaOH
4.      Air
5.      Pewangi

1.2 Formulasi Bahan
Formulasi
Minyak sawit
Lemak kakao
NaOH
Air
Pewangi
I
50 ml
37,5 g
14 g
33,5 ml
2,5 ml
II
37,5 ml
50 g
14 g
33,5 ml
2,5 ml
III
50 ml
37,5 g
19 g
28,5 ml
2,8 ml
IV
37,5 ml
50 g
19 g
28,5 ml
2,8 ml




1.3 Skema Kerja
 









BAB II. DATA PENGAMATAN


Formulasi
Sifat sabun lemak kakao
Stabilitas emulsi
Tekstur
Kekerasan
Daya busa (mL)
1
++++
++++
++++
40
2
+++
+++
++++
20
3
+
++
+++
42
4
+++
++
++++
40

Keterangan :
Stabilitas emulsi          : semakin (+) semakin sempurna
Tekstur                        : semakin (+) semakin halus
Kekerasan                   : semakin (+) semakin keras



BAB III. PEMBAHASAN


3.1 Bahan-bahan yang Digunakan
a. Minyak kelapa sawit dan lemak kakao
Profil asam lemak dari lemak kakao adalah asam palmitat 26,24%, stearat 42,23% dan oleat 26,53%. Komposisi ini hampir sama dengan komposisi lemak kakao dari berbagai sumber. Dari hasil karakteristik solid fat content diperoleh bahwa lemak yang diperoleh memiliki sifat pencairan pada suhu 20-30oC. Idealnya, lemak kakao mulai mencair pada kisaran suhu 30-35oC (Ketaren, 1986).
Minyak atau  lemak merupakan senyawa lipid yang memiliki struktur berupa ester dari gliserol. Pada proses pembuatan sabun, jenis minyak atau lemak yang digunakan adalah minyak nabati atau lemak hewan. Perbedaan antara minyak dan lemak adalah wujud keduanya dalam keadaan ruang. Minyak akan berwujud cair pada temperatur ruang (± 28°C), sedangkan lemak akan berwujud padat. Minyak tumbuhan maupun lemak hewan merupakan senyawa trigliserida. Trigliserida yang umum digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun memiliki asam lemak dengan panjang rantai karbon antara 12 sampai 18. Asam lemak dengan panjang rantai karbon kurang dari 12 akan menimbulkan iritasi pada kulit, sedangkan rantai karbon lebih dari 18 akan membuat sabun menjadi keras dan sulit terlarut dalam air (Cavitch, 2001).
Sabun yang  terbuat dari 100% minyak  sawit akan bersifat keras dan sulit berbusa. Maka dari itu, jika akan digunakan sebagai bahan baku  pembuatan sabun, minyak sawit harus dicampur dengan bahan lainnya.  Kandungan asam lemaknya yaitu asam palmitat 42-44%, asam oleat 35-40%, asam linoleat 10%, asam linolenat 0,3%, asam arachidonat 0,3%, asam laurat 0,3%, dan asam miristat 0,5-1%.
Komponen terbesar dalam minyak kelapa sawit adalah asam lemak jenuh. Asam stearat adalah jenis asam lemak jenuh dengan rantai  hidrokarbon yang panjang, mengandung gugus karboksil di salah satu ujungnya dan gugus metil di ujung yang lain. Asam stearat memiliki 18 atom karbon dan merupakan asam  lemak jenuh karena tidak memiliki ikatan rangkap di antara atom karbonnya. Menurut (Mitsui, 1997), asam stearat sering digunakan sebagai bahan dasar pembuatan krim dan sabun. Asam stearat berbentuk padatan berwarna putih kekuningan dan berperan dalam memberikan konsistensi dan kekerasan pada sabun.
c. NaOH
Natrium hidroksida adalah senyawa alkali berbentuk butiran padat berwarna putih dan memiliki sifat higroskopis, serta reaksinya dengan  asam lemak menghasilkan sabun dan gliserol. NaOH sering digunakan dalam industri pembuatan  hard soap. NaOH merupakan salah satu jenis alkali (basa) kuat yang bersifat korosif serta mudah menghancurkan jaringan organik yang halus (Spitz,1996).
d. Air
Air merupakan pelarut yang bersifat polar dan tidak dapat bercampur dengan fraksi lemak. Menurut Winarno (1997), sebuah molekul air terdiri dari sebuah atom oksigen yang berikatan kovalen dengan dua atom hidrogen.
e. Pewangi
Parfum termasuk bahan pendukung. Keberadaaan parfum memegang  peranan besar dalam hal keterkaitan konsumen akan produk sabun. Artinya, walaupun secara kualitas sabun yang ditawarkan bagus, tetapi bila  salah memberi parfum akan berakibat fatal (Spitz, 1996).
3.2 Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan
Pada praktikum ini, bahan-bahan yang digunakan untuk membuat sabun adalah lemak kakao, minyak kelapa sawit, NaOH, air, dan pewangi. Formulasi ada 4 dengan perbandingan yang telah ditentukan. Lemak kakao dan minyak kelapa sawit dipanaskan sampai suhu 45 – 50OC agar lemak kakao leleh dan dapat bercampur dengan minyak kelapa sawit. Disamping itu air dan kaustik soda (larutan lye) dilarutkan  sampai suhu 45-50OC. Suhu untuk melarutkan NaOH sama seperti suhu yang digunakan untuk melelehkan minyak dan lemak adalah sama, agar tidak terjadi penurunan suhu akibat penambahan bahan karena sifat lemak kakao memadat suhu ruang. Yang perlu diperhatikan adalah saat melarutkan NaOH pada aqua steril, kehati-hatian sangat diperlukan karena cairan NaOH bisa mengakibatkan kebutaan apabila terkena mata, atau mengakibatkan rasa terbakar pada kulit. Pelarutan NaOH ini dilakukan pada ruang asam. Cara pelarutan NaOH yang tepat yaitu memasukkan kristal NaOH ke dalam air (dengan pelan) bukan sebaliknya. Hal ini akan mengakibatkan letupan yang berbahaya bagi kulit dan mata. NaOH merupakan salah satu jenis alkali (basa) kuat yang bersifat korosif serta mudah menghancurkan jaringan organik yang halus.
Larutan lye selanjutnya dituangkan dalam minyak, diaduk sampai mencapai trace. Trace adalah kondisi dimana larutan sabun mengental akibat pengadukan. Selama pengadukan terjadi reaksi saponifikasi. Reaksi saponifikasi merupakan reaksi antara trigliserida yang ada di lemak kakao dan minyak kelapa sawit dengan alkali membentuk sabun dan gliserol. Saponifikasi sudah terjadi apabila larutan sabun tersebut yang menempel pada sendok langsung mengering atau tidak menetes. Selanjutnya diberi pewangi agar sabun menghasilkan aroma yang harum. Larutan sabun dituangkan pada cetakan selanjutnya ditutup menggunakan kain tebal dan didiamkan selama 24-28 jam untuk menetralkan alkali. Penutupan dengan kain tebal ini berfungsi untuk melindungi dari benda-benda asing dan air yang dapat merusak cetakan atau sabun. Selain itu menghindari oksidasi asam lemak pada sabun yang dapat memberikan ketengikan pada sabun. Oksidasi ini terjadi apabila terjadi kontak langsung dengan oksigen.
Setelah penetralan alkali, sabun dikeluarkan dari cetakan, dipotong-potong sesuai selera dan siap dikemas. Sabun diamati sifat kestabilan emulsinya, tekstur, kekerasan, dan daya busanya.



3.3 Analisa Data
3.3.1 Stabilitas emulsi
       Stabilitas atau kestabilan emulsi merupakan salah satu karakter penting dan mempunyai pengaruh besar terhadap mutu produk emulsi. Ketidakstabilan suatu sistem emulsi dapat diamati dari fenomena yang terjadi selama emulsi dibiarkan atau disimpan dalam jangka waktu tertentu. Penentuan stabilitas emulsi terhadap sabun digunakan untuk mengetahui daya simpan sabun tersebut. Berdasarkan tabel hasil pengamatan, stabilitas emulsi terbaik berturut-turut formulasi I, II atau IV, III dengan nilai 4, 3, 1. Semakin besar nilai stabilitas emulsi, maka emuslinya semakin sempurna. Jika dibandingkan antara formulasi I dan III, nilai stabilitas emulsinya 4 : 1. Formulasi I mempunyai stabilitas emulsi terbaik karena pada formulasi tersebut aqua steril yang ditambahkan sebanyak 33,5 ml sedangkan pada formulasi III lebih sedikit yaitu 28,5 ml. Jumlah air yang ditambahkan mempengaruhi emulsi yang terbentuk karena emulsi pada sabun ini water in oil. Apabila air yang ditambahkan terlalu sedikit juga tidak membentuk emulsi yang sempurna jika terlalu banyak maka tidak terbentuk emulsi yang stabil. Berdasarkan literatur, komposisi antara minyak dan NaOH yaitu 3 : 1, jika tidak maka akan didapati reaksi yang tidak setimbang sehingga akan didapatkan sabun yang kurang sempurna.
Menurut Suryani  et al. (2002), jumlah asam lemak mempengaruhi tingkat kestabilan emulsi serta berperan dalam menjaga konsistensi sabun. Kestabilan emulsi juga dipengaruhi oleh kadar air dan adanya bahan dasar yang bersifat higroskopis seperti NaOH, gilserin, dan EDTA. Semakin tinggi kadar air sabun maka semakin tidak stabil sistem emulsinya. Sabun padat termasuk dalam emulsi tipe w/o (water in oil). Emulsi yang baik tidak membentuk lapisan-lapisan, tidak terjadi perubahan warna dan memiliki konsistensi tetap.
Jika dibandingkan antara formulasi III dengan formulasi II dan IV, formulasi II dan IV mempunyai stabilitas emulsi lebih baik. Hal ini juga dipengaruhi oleh penambahan NaOH, NaOH pada formulasi III sebanyak 19 g, NaOH bersifat higroskopis, jika NaOH yang ditambahkan banyak otomatis mudah menyerap air, sedangkan adanya air pada sabun selama penyimpanan akan merusak emulsi pada sabun. Emulsi yang dihasilkan tidak sempurna pada formulasi III, sabun berbentuk gumpalan gumpalan atau tidak menyatu.

3.3.2 Tekstur
Tekstur sabun yang baik memiliki tekstur yang halus. Berdasarkan data hasil pengamatan tekstur paling lembut berturut-turut formulasi I, II, III dan IV dengan nilai 4, 3, 2, 2. Kehalusan sabun ini dipengaruhi oleh emulsi yang terbentuk selama pengadukan. Kehalusan hampir berbanding lurus dengan stabilitas emulsi. Stabilitas emulsi tinggi maka terbentuk emulsi yang sempurna. Menurut Suryani  et al. (2002), emulsi yang baik tidak membentuk lapisan-lapisan, tidak terjadi perubahan warna dan memiliki konsistensi tetap.
3.3.3 Kekerasan
Kekerasan sabun sangat dipengaruhi oleh adanya asam lemak jenuh dalam sabun. Semakin banyak jumlah asam lemak jenuh dalam sabun, maka sabun akan menjadi semakin keras. Sabun yang paling keras yaitu pada formulasi I,II,IV dengan nilai kekerasan sama, 4, sedangkan pada formulasi III nilai kekerasannya 3. Semakin besar nilai kekerasan maka sabun semakin keras. Kerasnya sabun ini dipengaruhi oleh penambahan lemak kakao karena lemak kakao mengandung asam stearat dengan jumlah atom karbon 18. Menurut Mitsui (1997), asam stearat berbentuk padatan berwarna putih kekuningan dan berperan dalam memberikan konsistensi dan kekerasan pada sabun. Pada formulasi III ditambahkan lemak kakao sebanyak  37,5 g sedangkan pada formulasi II dan IV lemak kakao yang ditambahkan 50 g. Semakin banyak lemak kakao yang ditambahkan maka akan menghasilkan tekstur yang semakin keras. Namun hal ini tidak berlaku pada formulasi I, formulasi I lemak kakao yang ditambahkan 37,5 g namun kekerasannya lebih tinggi dibandingkan formulasi III yang sama-sama ditambahkan lemak kakao 37,5 g. Hal ini kemungkinan terjadi perbedaan pada saat penilaian sensoris kekerasan karena yang digunakan panelis tidak terlatih.
3.3.4 Daya busa
Daya busa merupakan panjang busa yang dihasilkan setelah dilakukan pengocokan selama 10 detik.
Asam laurat merupakan asam lemak jenuh yang memiliki sifat pembusaan yang baik dan sering digunakan dalam formulasi sabun. Penggunaan asam laurat sebagai bahan baku akan menghasilkan sabun dengan kelarutan yang tinggi dan karakteristik busa yang baik.
Berdasarkan data hasil pengamatan, daya busa pada formulasi I nilainya 40, formulasi II 20, formulasi III 42, formulasi IV 40. Formulasi III mempunyai daya busa tertinggi karena minyak sawit dan NaOH lebih banyak. Minyak sawit ini mengandung asam laurat 0,3% dengan jumlah atom karbon 12 dan mengandung asam lemak miristat dengan jumlah atom karbon 14. Asam lemak dengan rantai karbon 12-14 memberikan fungsi yang baik untuk pembusaan sementara asam lemak dengan rantai karbon 16-18 baik untuk kekerasan dan daya detergensi (Cavitch, 2001).
Semakin banyak NaOH yang direaksikan dengan minyak dan lemak maka sabun yang dihasilkan semakin banyak sehingga ketika sabun direaksikan dengan air banyak menghasilkan busa. Banyaknya busa akan meperbesar nilai daya busa. Pada formulasi III NaOH yang ditambahkan sebanyak 19 g sedangkan pada Formulasi I dan II 14 g. Walaupun pada formulasi IV jumlah NaOH nya sama 19 g tapu daya busanya lebih rendah, hal ini dikarenakan pada formulasi IV minyak sawit yang ditambahkan lebih sedikit, yaitu 37,5 ml, sedangkan minyak sawit dapat meningkatkan daya busa karena kandungan asam laurat dan asam miristat yang baik dalam pembusaan.





BAB IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari praktikum ini dapat didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
a.       Stabilitas emulsi paling baik yaitu pada formulasi I dengan nilai stabilitas emulsi 4. Stabilitas emulsi pada sabun dipengaruhi oleh kadar air, semakin banyak kandungan air, maka akan merusak emulsi. Tingginya kandungan air dapat disebabkan oleh penambahan bahan-bahan yang bersifat higroskopis seperti NaOH.
b.      Tekstur paling halus yaitu pada sabun dengan formulasi I. Hal ini dikarenakan kehalusan tekstur hampir sebanding dengan stabilitas emulsi. Semakin stabil emulsi maka sabun yang dihasilkan semakin halus.
c.       Sabun yang paling keras yaitu pada formulasi I,II,IV dengan nilai yang sama yaitu 4. Kekerasan sabun sangat dipengaruhi oleh adanya asam lemak jenuh dalam sabun. Semakin banyak jumlah asam lemak jenuh dalam sabun, maka sabun akan menjadi semakin keras.
d.      Daya busa paling tinggi yaitu pada sabun dengan formulasi III, yaitu 42. Daya busa ini dipengaruhi oleh asam lemak dan NaOH. Semakin banyak NaOH yang direaksikan dengan minyak dan lemak maka sabun yang dihasilkan semakin banyak sehingga ketika sabun direaksikan dengan air banyak menghasilkan busa.

4.2 Saran
Sebaiknya perlu ada penjelasan prosedur keamanan penggunaan bahan-bahan yang berbahaya seperti NaOH agar tidak terjadi kecelakaan yang berakibat fatal pada praktikan.







DAFTAR PUSTAKA

Cavitch, S. M. 2001. Choosing Yours Oil, Oil Propeties of Fatty Acid. http://users.siloverlink.net/~timer/soapdesign.html.

Ketaren, S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta : UI Press.
Mitsui, T. 1997. New Cosmetics Science. Tokyo : Shiseido Co., Ltd.
Spitz, L. 1996. Soap and Detergents, A Theoretical and Practical Review. Illinois : AOCS Press.
Suryani, A. , I. Sailah dan E. Hambali. 2002. Teknologi Emulsi. Bogor : Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian IPB.

Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT Gramedia














LAMPIRAN FOTO




1 komentar:

  1. Selamat pagi,

    Perkenalkan saya Thomas (PD.COCOALAND INDO SEMESTA) dari Bandung.
    Kami adalah perusahaan yang bergerak di bidang penyedia/supplier COCOA PRODUCT, antara lain: COCOA BUTTER, COCOA POWDER, COCOA LIQUOR dll.
    Perkenankan kami untuk menawarkan COCOA BUTTER pada Ibu, barangkali Ibu memerlukannya.
    Untuk informasi lebih lanjut, silahkan hubungi saya pada nomor telepon yang sudah tertera di bawah.

    Terima kasih atas kerjasamanya.

    Hormat Saya,

    Thomas Abraham
    PD.C OCOALAND INDO SEMESTA
    Jl.Gempol Asri II No.22 Komp.Gempol Asri. Rt/Rw.02/10
    Kel.Gempol Sari, Kec.Bandung Kulon.
    Bandung 40215
    Telepon: 081223201725, (022)91166996
    e-mail: cocoaland.indosemesta@gmail.com

    BalasHapus