Minggu, 19 Januari 2014

Laporan KKL

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kacang asin rahayu merupakan kacang asin yang telah menjadi jajanan oleh-oleh khas Pulau Bali, tida dijual selain Pulau Bali. Pemilik Kacang Asin Rahayu adalah Bapak H. Miswanto. Beliau kelahiran Kota Pacitan-Jawa Timur. Industri kecil ini berdiri sejak tahun 50 an. Pada tahun 60an mulai bergerak dari kacang kulit, kemudian berubah menjadi kacang marning, dan akhirnya menjadi kacang rahayu. Pada tahun 1968 kacang rahayu mulai menanjak. Brand yang digunakan berasal dari nama putri Bapak H. Miswanto, yaitu Rahayu karena rahayu ini mempunyai arti “selamat” sehingga dinamai Kacang Asin Rahayu.
Awal produksi dan pemasaran bertempatkan di Jalan Nusakambangan. Pemasaran dilakukan hanya pada tempat produksi. Beberapa kurun waktu, tempat produksi pindah karena di Jalan Nusakambangan mulai padat penduduk. Pemilik merasa proses produksinya akan mengganggu penduduk sehingga tempat produksi dialihkan di tempat yang tidak padat penduduk.
Teknologi yang digunakan untuk produksi sangat sederhana. Teknologi tersebut hasil rekayasa pemilik dan mesin produksinya membuat sendiri. Yang unik dari proses pembuatan kacang rahayu adalah proses penyangraian dengan menggunakan pasir laut. Jika dibandingkan dengan kacang asin pada umumnya, kacang asin rahayu ini tidak kalah berkualitas dengan kacang bermerek yang ada di pasaran.
Dengan demikian sangat penting untuk mengetahui prinsip dan proses pembuatan kacang rahayu bagi mahasiswa Teknologi Hasil Pertanian sehingga mahasiswa dapat menguasai dan menerapkan teknologi pembuatan kacang rahayu kedepannya.

1.2 Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dan manfaat praktek kerja lapang ke industri Kacang Asin Rahayu adalah sebagai berikut :
1.2.1 Tujuan
a. Mengetahui proses pembuatan Kacang Asin Rahayu
b. Mengetahui perbedaan teknologi Kacang Asin Rahayu dengan literatur.
1.2.2 Manfaat
a. Mahasiswa dapat mengembangkan dan mengiplementasikan teknologi yang digunakan pada Kacang Asin Rahayu.














BAB II. METODOLOGI PRAKTIKUM

2.1    Waktu dan Tempat
Kuliah Kerja Lapang dilaksanakan pada 7 Januari 2014 di outlet Kacang Asin Rahayu tepatnya di Jalan Nusakambangan, Denpasar – Bali.
2.2  Alat
Alat yang dibutuhkan untuk membuat Kacang Asin Rahayu adalah sebagai berikut :
a.       Bak
b.      Besek
c.       Mesin sangrai
d.      Ayakan
e.       Kemasan
2.3  Bahan
Bahan-bahan yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :
a.       Kacang kelinci Bali dari daerah Kelungkung.
b.      Garam
c.       Bawang putih
d.      Pasir laut








2.4  Skema Proses Pembuatan kacang Rahayu
 











                                                                                                                                 













BAB III. PEMBAHASAN

3.1 Skema Proses Pembuatan Kacang Asin Rahayu
Proses produksi kacang rahayu ada 3 tahap, yaitu penyediaan bahan baku, proses pembuatan, dan pemasaran. Bahan baku yang digunakan adalah kacang tanah jenis Kelinci Bali yang berasal dari daerah Kelungkung. Produsen memilih kacang ini karena rasanya manis dan ukurannya kecil-kecil. kacang tanah ini menjadi penentu kualitas dari Kacang Asin Rahayu. Proses produksi kacang asin ini secara garis besar ada 8, yaitu perendaman, pembilasan, penirisan, pembumbuan, penjemuran, penyangraian, pemisahan kacang dengan pasir, dan pengemasan.
Tahap awal proses dalah perendaman. Kacang tanah yang sudah terkupas dari polongnya direndam dengan air bersih selama 8 jam. Tujuan dari perendaman ini adalah untuk memperbesar pori-pori kacang tanah sehingga mempermudah penetrasi bumbu pada saat proses pembumbuan. Semakin besar ukuran pori-pori kacang, maka bumbu mudah masuk atau menetrasi ke kacang sehingga didapatkan citarasa kacang yang baik atau enak. Kacang hasil rendaman dibilas dengan air putih bersih sampai air berwarna jernih. Air yang berwaarna jernih menandakan kacang sudah bersih dari kotoran-kotoran benda asing yang tidak diinginkan selama proses produksi. Setelah bersih, kacang ditiriskan pada besek yang terbuat dari bambu untuk menghilangkan air dari pembilasan. Alat peniris ini berupa besek berlubang-lubang pada bagian bawahnya untuk mempermudah penurunan air sehingga air segera hilang. Selanjutnya tahap pembumbuan, bahan-bahan yang ditambahkan adalah bawang putih dan garam. Bawang putih harus digiling halus untuk mempermudah peresapan dalam kacang. Bawang putih yang sudah halus dicampur dengan garam dan kemudian dicampur dengan kacang yang telah ditiriskan. Untuk mengoptimalkan penetrasian bumbu masuk pada bahan, setelah dilakukan pencampuran, kacang didiamkan selama 8 jam dan setelah itu dijemur menggunakan sinar matahari sampai kering kurang lebih selama 1 – 2 jam.
Pada tahap penyangraian alat yang digunakan berasal dari energi dinamo listrik yang berbentuk molen. Mesin ini diciptakan sendiri oleh Pak H.Miswanto. Bahan pendukung yang digunakan adalah pasir laut. Rasio pasir dan kacang adalah 1 : 1. Sebelumnya pasir laut dicuci sampai bersih untuk menjaga kehiegenisan. Penyangraian menggunakan tenaga ahli agar kualitas kacang yang dihasilkan bagus. Lama penyangrain selama 15 menit, tidak sampai matang namun mendekati matang. Pengontrolan penyangraian yaitu dengan cara mencicipi kacang sampai rasa kacang sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Apabila sudah mendekati matang maka sangrai langsung dihentikan dengan cara menurunkan kacang dari mesin. Hal ini menghindari kegosongan akibat pemanasan bawah karena pada mesin molen masih terdapat panas, sehingga kacang diturunkan masih menghasilkan panas yang dapat memberikan efek gosong. Pasir yang digunakan maksimal tiga kali pemakaian, setelah itu diganti dengan pasir laut yang baru.
Selanjutnya tahap pemisahan pasir dengan kacang dengan cara pengayakan. Selama pengayakan kacang mengalami penurunan suhu sehingga kacang tidak didiamkan terlalu lama yang bertujuan untuk mendinginkan kacang. Setelah terpisah dengan pasir, kacang disortir secara manual berdasarkan kenampakan fisiknya yaitu gosong, busuk, berwarna hitam dipisahkan. Hasil dari penyortiran ini terdiri dari dua jenis kacang, yaitu kacang asin super dan kacang asin reject.
Pengemasan kacang asin ini ada dua jenis, yaitu kemasan kotak dan toples berbentuk tabung yang terbuat dari campuran alumunium. Kemasan terdiri dari kemasan primer dan sekunder. Kemasan primer terbuat dari palstik PP yang membungkus kacang. Kemasan ini direkatkan dengan panas lilin. Setelah itu kacang dikemas dengan kemasan sekunder, yaitu kotak dan toples. Selama proses produksi sampai tahap pengemasan, pegawai tidak diperbolehkan menggunakan anting-anting atau perhiasan. Sebelum proses produksi, pegawai harus menggunkan seragam kerja dan mencuci tangannya. Industri Kacang Rahayu ini sangat menjaga sanitasi, terbukti telah mendapat izin PIRT dari DEPKES RI dengan no. 815517101027. Pada kemasan juga terdapat label yang dicantumkan label halal dan PIRT.
Setelah dikemas, Kacang Asin Rahayu dipasarkan melalui sebuah outlet yang terletak di Jalan Nusakambangan. Outlet tersebut hanya ada 1 di Jalan Nusakambangan dan tidak diperjual belikan selain di Pulau Bali.
3.2 Perbandingan dengan Literatur
Pembuatan kacang asin rahayu dengan kacang asin berdasarkan literatur mempunyai perbedaan. Pada literatur terdapat tahap perebusan, lama penjemuran, metode penyangraian penjemuran menggunakan oven, penyortiran menggunakan ayakan.
Pada literatur tidak ada proses perendaman, namun ada proses perebusan, sedangkan pada industri Kacang Asin Rahayu tidak dilakukan perebusan. Perebusan dan perendaman ini mempunyai fungsi yang sama, yaitu memperbesar pori-pori kacang untuk mempermudah peresapan bumbu. Menurut Perebusan kacang tanah dilakukan didalamwadah yang berisi air mendidih selama 10-15 menit.Didalam perebusan ini dimasukan garam ataubumbu lain yang menunjang rasa sesuai selera (Hieronymus, 1998).
Proses penjemuran diliteratur selama 6 jam atau 3 hari, namun pada industri Kacang Asin Rahayu hanya 1-2 jam. perbedaan lama penjemuran ini berpengaruh terhadap lama produksi, proses produksi kacang rahayu lebih lama dibandingkan pada literatur. Pada literatur juga disebutkan, Kacang tanah hasil penjemuran kemudiandioven dengan suhu pemanasan ± 70°c pada hari I,pada hari II 65°C dan pada suhu 60°C pada hari III.Selama fase pemanasan harus dijaga agar pemanasanberjalan merata disertai dengan pembalikan lapisankacang yang dioven agar tidak terjadi kelebihanpemanasan/gosong (Margono,dkk., 1993). Pada industri tidak dijelaskan adanya pengeringan menggunakan oven sehingga proses pengeringan bertumpu pada proses penyangraian. Hal ini menyebabkan mengeluarkan tenaga lebih banyak dibandingkan literatur.
Pada literatur disebutkan, kacang yang telah disertasi/dipilih berdasarkanbentuk, warna, cerah dan besaran ukuran butir kacangasin. Penyortiran dilakukan dengan pemisahanberdasarkan besar-kecilnya butir kacang asin denganmenggunakan tangan atau ayakan, selain memisahkanbutir keriput(Hieronymus, 1998).Industri Kacang Asin Rahayu tidak menggunakan ayakan sehingga prosesnya lebih lama karena dilakukan secara manual dan menghabiskan banyak tenaga.
















BAB IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari hasil kuliah kerja lapang ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
a.       Bahan baku Kacang Asin Rahayu adalah kacang tanah jenis kelinci yang diperoleh di daerah Kelungkung Bali.
b.      Bahan-bahan tambahan yang digunakan untuk membuat kacang asin adalah garam, bawang putih. Alat utama yang digunakan adalah mesin sangrai dan pasir laut.
c.       Tahapan proses produksi Kacang Asin Rahayu ada 8, yaitu perendaman kacang tanpa polong, pembilasan, penirisan, pembumbuan, penjemuran, penyangraian, pemisahan kacang dengan pasir, penyortiran, dan pengemasan.
d.      Pada kacang asin Rahayu tidak dilakukan perebusan, pada literatur terdapat proses perebusan yang fungsinya untuk mempermudah peresapan bumbu pada bagian dalam kacang. Selain itu pada Kacang Asin Rahayu penjemuran hanya menggunakan sinar matahari, pada literatur menggunakan oven. Sortasi Kacang Asin rahayu dilakukan secara manual, pada literatur bisa secara manual atau menggunakan ayakan.
e.       Penyangrain pada industri Kacang Asin Rahayu menggunakan media pasir laut, sedangkan pada literatur tidak menggunakan pasir.

4.2 Saran
Kuliah lapang ini dirasa kurang efektif dan efisien karena tidak bisa melihat secara langsung proses pembuatan kacang asin rahayu. Sebaiknya untuk kedepannya diadakan kuliah lapang yang bisa langsung menyaksikan proses produksinya.

DAFTAR PUSTAKA

Hieronymus, Budi S. 1998. Kacang Asin. Kanisius, Yogyakarta.

Margono, Tri, Detty Suryati, dan Sri Hartinah. 1993. Buku Panduan Teknologi Pangan. Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar