BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karet
merupakan salah satu hasil pertanian yang mempunyai peranan penting dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam bidang ekonomi
karet memegang peranan penting dan strategis dalam meningkatkan devisa negara.
Ekspor karet merupakan penghasil devisa kedua setelah kelapa sawit. Nilai
ekspor karet alam pada tahun 2010 berdasarkan data Gapindo(2011) mencapai US$
7.326.605.391. porsi ekspor terbesar adalah karet spesifikasi
teknis(Technically Spesified Rubber, TSR). Ekspor TSR dengan kodifikasi Standar
Indonesian Rubber (SIR) jenis SIR 20 mencapai 2.165.148 ton atau sekitar dari
total ekspor karet alam(Direktorat
Jendral Kerjasama Perdagangan Internasional, 2006).
Indonesia sebagai negara dengan perkebunan terluas di dunia
memiliki potensi sebagai penghasil karet terbesar di dunia. Pada tahun 2009 total
luas perkebunan karet indonesia sebesar 3.435.270 hektar dengan produksi total
karet alam sebanyak 2.440.347 ton. Total luas kebun dan produksi karet alam
meningkat pada tahun 2010 menjadi 3.445.121 hektar dengan total produksi karet
alam sebesar 2.591.935 ton (Ditjenbum, 2012). Diantaranya 85% merupakan
perkebunan karet milik rakyat dan hanya 7% perkebunan besar negara serta 8%
perkebunan milik swasta. Pada umunya mutu karet alam yang dihasilkan perkebunan
rakyat masih rendah karena alat dan pengolahannya yang sangat sederhana. Karet
alam mulai tersaingi ketika produksi
karet sintetis meningkat misalnya butyl rubber (BR), styrene butadin rubber
(SBR) dan lain-lain.
Dengan adanya praktikum kunjungan lapang disalah satu pabrik
karet yaitu PTPN XII Renteng ini diharapkan mahasiswa mengerti kondisi karet
alam saat ini dan mengetahui pengolahan karet yang secara tepat dalam
meningkatkan perbaikan mutu karet alam nantinya. Kompetensi mahasiswa dinilai
sangat kurang jika tidak mengetahui secara langsung gambaran teknologi
pengolahan hulu karet. Notabene teori yang diberikan selama kegiatan
perkuliahan belum tentu seperti apa yang ada dilapang.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum
kunjungan lapang ini mahasiswa diharapkan :
1. memahami
proses pengolahan lateks dan mutu yang dihasilkan.
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Praproses Penyadapan Lateks
Perkebunan karet PTPN XII Renteng
Kabupaten Jember memiliki luas 800 hektar dengan investasi per tahunnya sebesar
633 ton. Lateks yang dihasilkan dari tanaman karet Perkebunan Renteng Kabupaten
Jember merupakan produk lateks terbaik di wilayah Propinsi Jawa Timur. Jenis
karet yang dihasilkan adalah karet sheet.
Kualitas lateks hasil sadap dipengaruhi
oleh beberapa faktor, salah satunya sistem sadap. Jika sistem yang dilakukan
baik atau sesuai, maka lateks yang dihasilkan mempunyai mutu yang baik.
Penyadapan yang baik dilakukan pada waktu dini hari. Perkebunan renteng
melakukan penyadapan tepatnya pukul 03.00-05.00 WIB dan sampai dipabrik pada
pukul 07.00 WIB. Waktu penyadapan sebaiknya dilakukan jam 5.00 – 7.30 pagi (Adri
dan Supriyanto, 2009).Pada jam-jam tersebut, keadaan tanaman dalam tekanan
turgor tinggi sehingga lateks yang keluar maksimal. Jika penyadapan dilakukan
menjelang siang hari, adanya panas berdampak terjadinya penguapan dan lateks yang dihasilkan sedikit.
Setelah dilakukan penyadapan, sesegera mungkin lateks diangkut menuju pabrik
untuk diolah agar tidak menggumpal. Lateks yang menggumpal sebelum proses
pengolahan memberikan mutu yang rendah.
Penyadapan dilakukan dengan cara membuka
pembuluh lateks dalam kulit lateks. Lateks mulai bisa disadap ketika tanaman
sudah berumur 5-7 tahun. Sebelum membuka pembuluh lateks, kulit batang
dibersihkan. kemudian dipasang alat pengalir lateks pada bagian bawah sadap.
Tebal sadapan 1-2 mm dan tidak melukai kambium.
Rumus sadap misalnya S/2 d/2 berarti
tanaman disadap selama 2 hari sebanyak dua kali dengan spiral ½ pohon. S
menunjukkan spiral dan d menunnjukan hari penyadapan.
2.2 Penerimaan Lateks
Kebun
Pada PTPN XII lateks yang diperoleh dari
kebun dihitung Kadar Karet Keringnya. Untuk menghitung KKK, setiap bak
penampung secara acak diambil sebanyak 100 cc kemudian ditampung dalam bak dan
diaduk dengan ditambahkan asam semut 1% untuk menggumpalkan lateks. Setelah
lateks menggumpal, dilakukan penggilingan dengan kecepatan 200 putaran. Sebelumnya
karet basah ditimbang, sehingga diketahui berat karet basah. Kemudian air pada
lateks dihilangkan dengan cara diperas dengan kain blancu sampai air
benar-benar hilang. Setelah itu lateks ditimbang.
KKK
FP =
=
Biasanya para petani penyadap melakukan
kecurangan dengan menambahkan air pada lateks segar sehingga volume bertambah
dengan tujuan mereka mendapat upah lebih banyak. Perhitungan KKK menjadi sangat
penting untuk menghindari kecurangan petani penyadap. Lateks yang terlalu
banyak air akibatnya timbul gelembung yang dapat mempengaruhi mutu karet sheet.
2.3 Pengenceran Lateks
Pengenceran ini dilakukan untuk
menyeragamkan lateks yang diperoleh dari petani. Lateks yang didapatkan
mempunyai KKK yang berbeda, selain itu untuk memudahkan proses penyaringan dan
meminimalisir gelembung udara atau gas. Pengenceran dilakukan dengan menambah
air sampai KKK 15%.
2.4 Pembekuan Lateks
Pembekuan lateks bertujuan membuat lateks
menjadi kenyal dan tidak sobek/putus ketika di pengasapan. Pembekuan biasanya
dilakukan dengan menggunakan bahan penggumpal. Sebelum pembekuan, dilakukan
penyaringan 30-40 mesh untuk menghilangkan benda-benda asin dan gelembung
udara. Timbulnya gelembung udara disebabkan oleh:
1. Penambahan
air campuran oleh petani penyadap
2. Adanya
guncangan ketika pengangkutan yang mengakibatkan partikel lutoid pecah.
3. Jarak
pengayakan terlalu tinggi dengan penampung
4. Benda
asing seperti kerikil
Bahan penggumpal berupa asam semut 1% sebanyak
5 cc per 1 kg kering dengan dilakukan pengadukan pada bak tempat pembekuan lateks.
Setelah itu diberi skat-skat dan ditutup plastik. Pembekuan dilakukan selama
2-3 jam.
Jika dalam penambahan asam semut kurang,
maka tekstur lateks menjadi lembek, pecah-pecah dalam lembaran. Jika berlebih,
terjadi kekakuan dan pada hari ke-5 pengasapan sheet menjadi paat. Begitu akan
dipress sangat kaku.
Setelah proses pembekuan selesai, lateks
dialiri air agar tidak lengket sebelum masuk proses penggilingan.
2.5 Penggilingan
Penggilingan sejumlah 6 menggunakan
gilingan berpatron. Tujuan penggilingan adalah untuk memperluas bidang sheet
dan mengeluarkan sebagian air. Ketebalan sheet yang diharapkan hasil
penggilingan adalah 0,3 cm. Setelah dilakukan penggilingan, sheet dibilas
dengan air agar tidak ada serum yang tersisa. Adanya serum yang dapat mengakibatkan
cacat pada sheet.
2.6 Pengasapan dan
Pengeringan
Pengasapan dilakukan selama 5 hari dengan
bahan bakar kayu basah untuk mendapatkan asap. Tujuan pengasapan adalah untuk
mengawetkan sheet dan memberikan warna coklat pada sheet. Suhu yang diberikan
setiap harinya semakin menurun. Hal ini dapat ditunjukkan pada tabel di bawah
ini:
Hari
|
Suhu (OC)
|
Perlakuan
|
Pertama
|
40-50
|
Jumlah
asap banyak & ventilasi udara cukup
|
Kedua
|
50-54
|
Jumlah
asap & ventilasi dikurangi ½ dari hari 1
|
Ketiga
|
50-55
|
Jumlah
asap & ventilasi dikurangi ¼ dari hari 1
|
Keempat
|
50-55-60
|
Jumlah
asap & ventilasi serendah mungkin
|
Ketika sudah mencapai hari ke 5, sheet
ditimbang untuk mengetahui kurang lebih berat sheet setelah pengasapan.
2.7 Sortasi dan Pengemasan
Sortasi
dilakukan oleh petugas sortasi. Sheet dibersihkan dari benda-benda asing
seperti kerikil dengan cara dicukit/digunting/disikat/disemprot formalin.
Penyemprotan formalin bertujuan untuk mencegah tumbuhnya jamur pada sheet.
Sortasi
dilakukan berdasarkan mutu RSS dengan cara visual:
1. Gelembung
2. Cacat
giling/cacat gunting/tidak matang
3. Noda
oleh benda asing
Mutu RSS di bagi menjadi RSS 1, RSS 2,
RSS 3 dan mutu gunting dengan ketentuan sebagai berikut:
No.
|
Mutu
|
Ketentuan
|
1.
|
RSS
1
|
Tidak
ada gelembung & cacat giling
|
2.
|
RSS
2
|
Gelembung
sedikit & kecil
|
3.
|
RSS
3
|
Gelembung
besar
|
4.
|
Gunting
|
Digunting
karena cacat & tidak matang
|
2.8 Pengepakan
Pedoman
pengepakan karet sebagai berikut :
I. Petunjuk
pengepakan small bale
No.
|
Ketentuan
|
1.
|
RSS 1 ditimbang 33,33 kg
|
2.
|
Dilipat & disusun dalam kotakan
cetakan
|
3.
|
Cek berat/ball
|
4.
|
Press
|
5.
|
Dikemas dengan plastik
|
6.
|
Dipress susun 3 ball
|
7.
|
Dibegel selama 24 jam
|
8.
|
Penulisan monor chop/ball
|
9
|
Ball distapel/dikover
|
II. Petunjuk
pengepakan big bale
No.
|
Ketentuan
|
1.
|
RSS 1,2,3 & cutting ditimbang 113
kg
|
2.
|
Dilipat & disusun dalam kotakan
cetakan
|
3.
|
Cek berat/ball
|
4.
|
Press
|
5.
|
Dibegel selama 24 jam
|
6.
|
Sablon
|
7.
|
Simpan
|
8.
|
Penulisan monor chop/ball
|
9
|
Ball distapel/dikover
|
III. Bahan
campuran laburan ball sheet
No.
|
Bahan
campuran
|
Ketentuan
|
1.
|
Minyak tanah
|
7 liter/ton
|
2.
|
Talk powder
|
2 kg
|
3.
|
Arpus
|
0,1 kg
|
4.
|
Tepol
|
0,1 kg/ton
|
5.
|
Guntingan karet
|
1 kg
|
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan
dari prakrikum kunjungan lapang sebagai berikut :
1. Pengolahan
lateks dimulai dari penyadapan, penerimaan lateks kebun, pengenceran lateks,
pembekuan lateks, penggilingan, pengasapan dan pengeringan, sortasi dan
pengemasan serta pengepakan.
2. Kualitas
lateks dipengaruhi sistem sadap. Jika sistem sadap sesuai maka kualitas lateks
baik. Sistem sadap meliputi teknik penyadapan mulai dari perlakuan tanaman
sebelum di sadap dan penetuan spiral penyadapan atau rumus sadap.
3. Sortasi
dilakukan berdasarkan mutu RSS dengan cara visual:
-
Gelembung
-
Cacat giling/cacat gunting/tidak matang
-
Noda oleh benda asing
4. Mutu
lateks dibagi menjadi 3 yaitu RSS 1, RSS 2, RSS 3 dan mutu gunting.
No.
|
Mutu
|
Ketentuan
|
1.
|
RSS
1
|
Tidak
ada gelembung & cacat giling
|
2.
|
RSS
2
|
Gelembung
sedikit & kecil
|
3.
|
RSS
3
|
Gelembung
besar
|
4.
|
Gunting
|
Digunting
karena cacat & tidak matang
|
5. Hasil praktikum lapang tidak jauh berbeda
dari teori yang disampaikan dalam perkuliahan. Tahapan proses pengolahan di
lapang sama dengan tahapan proses yang disampaikan di perkuliahan. Namun
tahapan proses di lapang ada tahapan pelaburan yang belum di sampaikan di
perkuliahan. Pelaburan yang dilakukan di PTPN XII Renteng menggunakan formalin
untuk mencegah sheet dari cendawan. Pelaburan ini dilakukan pada tahapan
sortasi. Selain mencegah cendawan, pelaburan bertujuan untuk mencegah air kotor
masuk ke sheet.
3.2
Saran
1.
Karena dilarang menggambil gambar pada setiap tahapan proses di perkebunan,
dokumentasi dianggap sangat kurang. Setidaknya pihak pengolahan memberikan
dokumentasi gambar karena mahasiswa tidak diizinkan mengambil gambar.
2. Waktu kunjungan yang disediakan
sangatlah kurang sehingga waktu diskusi sangatlah pendek.
3. Kunjungan lapang dinilai kurang,
karena mahasiswa tidak secara langsung praktikum di lapang. Diharapakan
mahasiswa mampu praktikum di lapang.
4. Kunjungan lapang kurang mengena pada seluruh individu. Lebih
baik ketika di lapang, setiap mahasiswa dibekali Lembar Kerja Individu mengenai
bahasan-bahasan terpenting dalam studi lapang sehingga mahasiswa fokus pada
topik pembahasan studi lapang dan mempunyai arsip hasil studi lapang yang lebih
sistematis. 25% mahasiswa dalam studi lapang tidak serius memahami yang ada
dilapang.
5.
Studi lapang diharapkan tidak hanya pada pengolahan karet sheet saja.
DAFTAR PUSTAKA
Adri
dan Supriyanto, Joko. 2009. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi: Teknologi Penyadapan Tanaman Karet. http://jambi.litbang.deptan.go.id/ind/images/PDF/leafletkaret09.pdf
(diakses pada tanggal 13 November 2012).
Direktorat Jendral
Kerjasama Perdagangan Internasional.2006. International
Rubber Consortium Limited (IRCo). http://ditjenkpi.kemendag.go.id/website_kpi/index.php?module=news_detail&news_category_id=4&news_sub_category_id=67
(diakses pada tanggal 13 November 2012).
bisa minta info tentang sejarah perkebunan renteng?lagi butuh buat bahan skripsi ini
BalasHapus