LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PENGOLAHAN PRODUK DERIVAT
PEMBUATAN SABUN LEMAK KAKAO
Disusun
oleh :
Khalimatus Sa’diah 111710101054
Kelompok 8/THPB (SHIFT
2)
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2013
BAB 1. METODOLOGI PRAKTIKUM
1.1 Alat Dan Bahan
1.1.1 Alat
1. Timbangan digital
2. Panic stainless
3. Kompor gas
4. Thermometer
5. Spatula
6. Beaker glass
7. Cetakan sabun
8. Kain tebal
9. Pisau stainless
10. Pipet tetes
11. Wadah-wadah gelas
12. Sendok
13. Plastic wrapping
1.1.2
Bahan
1. Lemak kakao
2. Minyak kelapa sawit
3. NaOH
4. Air
5.
Pewangi
1.2 Formulasi Bahan
Formulasi
|
Minyak sawit
|
Lemak kakao
|
NaOH
|
Air
|
Pewangi
|
I
|
50 ml
|
37,5 g
|
14 g
|
33,5 ml
|
2,5 ml
|
II
|
37,5 ml
|
50 g
|
14 g
|
33,5 ml
|
2,5 ml
|
III
|
50 ml
|
37,5 g
|
19 g
|
28,5 ml
|
2,8 ml
|
IV
|
37,5 ml
|
50 g
|
19 g
|
28,5 ml
|
2,8 ml
|
1.3 Skema Kerja
BAB II. DATA PENGAMATAN
Formulasi
|
Sifat sabun lemak kakao
|
|||
Stabilitas emulsi
|
Tekstur
|
Kekerasan
|
Daya busa (mL)
|
|
1
|
++++
|
++++
|
++++
|
40
|
2
|
+++
|
+++
|
++++
|
20
|
3
|
+
|
++
|
+++
|
42
|
4
|
+++
|
++
|
++++
|
40
|
Keterangan :
Stabilitas
emulsi : semakin (+) semakin
sempurna
Tekstur : semakin (+) semakin
halus
Kekerasan
: semakin (+) semakin
keras
BAB III. PEMBAHASAN
3.1 Bahan-bahan yang
Digunakan
a.
Minyak kelapa sawit dan lemak kakao
Profil asam lemak dari lemak kakao adalah
asam palmitat 26,24%, stearat 42,23% dan oleat 26,53%. Komposisi ini hampir
sama dengan komposisi lemak kakao dari berbagai sumber. Dari hasil
karakteristik solid fat content diperoleh bahwa lemak yang diperoleh memiliki
sifat pencairan pada suhu 20-30oC. Idealnya, lemak kakao mulai
mencair pada kisaran suhu 30-35oC (Ketaren, 1986).
Minyak atau lemak merupakan senyawa lipid yang memiliki
struktur berupa ester dari gliserol. Pada proses pembuatan sabun, jenis minyak
atau lemak yang digunakan adalah minyak nabati atau lemak hewan. Perbedaan
antara minyak dan lemak adalah wujud keduanya dalam keadaan ruang. Minyak akan
berwujud cair pada temperatur ruang (± 28°C), sedangkan lemak akan berwujud
padat. Minyak tumbuhan maupun lemak hewan merupakan senyawa trigliserida.
Trigliserida yang umum digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun memiliki
asam lemak dengan panjang rantai karbon antara 12 sampai 18. Asam lemak dengan
panjang rantai karbon kurang dari 12 akan menimbulkan iritasi pada kulit,
sedangkan rantai karbon lebih dari 18 akan membuat sabun menjadi keras dan
sulit terlarut dalam air (Cavitch,
2001).
Sabun yang terbuat dari 100% minyak sawit akan bersifat keras dan sulit berbusa.
Maka dari itu, jika akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun, minyak sawit harus dicampur
dengan bahan lainnya. Kandungan asam
lemaknya yaitu asam palmitat 42-44%, asam oleat 35-40%, asam linoleat 10%, asam
linolenat 0,3%, asam arachidonat 0,3%, asam laurat 0,3%, dan asam miristat
0,5-1%.
Komponen terbesar dalam minyak
kelapa sawit adalah asam lemak jenuh. Asam stearat adalah jenis asam lemak
jenuh dengan rantai hidrokarbon yang
panjang, mengandung gugus karboksil di salah satu ujungnya dan gugus metil di
ujung yang lain. Asam stearat memiliki 18 atom karbon dan merupakan asam lemak jenuh karena tidak memiliki ikatan
rangkap di antara atom karbonnya. Menurut (Mitsui, 1997), asam stearat sering
digunakan sebagai bahan dasar pembuatan krim dan sabun. Asam stearat berbentuk
padatan berwarna putih kekuningan dan berperan dalam memberikan konsistensi dan
kekerasan pada sabun.
c.
NaOH
Natrium hidroksida adalah senyawa
alkali berbentuk butiran padat berwarna putih dan memiliki sifat higroskopis,
serta reaksinya dengan asam lemak
menghasilkan sabun dan gliserol. NaOH sering digunakan dalam industri
pembuatan hard soap. NaOH merupakan
salah satu jenis alkali (basa) kuat yang bersifat korosif serta mudah
menghancurkan jaringan organik yang halus (Spitz,1996).
d.
Air
Air merupakan pelarut yang bersifat
polar dan tidak dapat bercampur dengan fraksi lemak. Menurut Winarno (1997),
sebuah molekul air terdiri dari sebuah atom oksigen yang berikatan kovalen
dengan dua atom hidrogen.
e.
Pewangi
Parfum termasuk bahan pendukung.
Keberadaaan parfum memegang peranan
besar dalam hal keterkaitan konsumen akan produk sabun. Artinya, walaupun
secara kualitas sabun yang ditawarkan bagus, tetapi bila salah memberi parfum akan berakibat fatal (Spitz, 1996).
3.2 Skema Kerja dan
Fungsi Perlakuan
Pada praktikum ini, bahan-bahan yang digunakan untuk
membuat sabun adalah lemak kakao, minyak kelapa sawit, NaOH, air, dan pewangi. Formulasi
ada 4 dengan perbandingan yang telah ditentukan. Lemak kakao dan minyak kelapa
sawit dipanaskan sampai suhu 45 – 50OC agar lemak kakao leleh dan
dapat bercampur dengan minyak kelapa sawit. Disamping itu air dan kaustik soda
(larutan lye) dilarutkan sampai suhu
45-50OC. Suhu untuk melarutkan NaOH sama seperti suhu yang digunakan
untuk melelehkan minyak dan lemak adalah sama, agar tidak terjadi penurunan
suhu akibat penambahan bahan karena sifat lemak kakao memadat suhu ruang. Yang
perlu diperhatikan adalah saat melarutkan NaOH pada aqua steril, kehati-hatian
sangat diperlukan karena cairan NaOH bisa mengakibatkan kebutaan apabila
terkena mata, atau mengakibatkan rasa terbakar pada kulit. Pelarutan NaOH ini
dilakukan pada ruang asam. Cara pelarutan NaOH yang tepat yaitu memasukkan
kristal NaOH ke dalam air (dengan pelan) bukan sebaliknya. Hal ini akan
mengakibatkan letupan yang berbahaya bagi kulit dan mata. NaOH merupakan salah
satu jenis alkali (basa) kuat yang bersifat korosif serta mudah menghancurkan
jaringan organik yang halus.
Larutan lye selanjutnya dituangkan dalam minyak,
diaduk sampai mencapai trace. Trace adalah kondisi dimana larutan sabun
mengental akibat pengadukan. Selama pengadukan terjadi reaksi saponifikasi.
Reaksi saponifikasi merupakan reaksi antara trigliserida yang ada di lemak
kakao dan minyak kelapa sawit dengan alkali membentuk sabun dan gliserol.
Saponifikasi sudah terjadi apabila larutan sabun tersebut yang menempel pada
sendok langsung mengering atau tidak menetes. Selanjutnya diberi pewangi agar
sabun menghasilkan aroma yang harum. Larutan sabun dituangkan pada cetakan
selanjutnya ditutup menggunakan kain tebal dan didiamkan selama 24-28 jam untuk
menetralkan alkali. Penutupan dengan kain tebal ini berfungsi untuk melindungi
dari benda-benda asing dan air yang dapat merusak cetakan atau sabun. Selain
itu menghindari oksidasi asam lemak pada sabun yang dapat memberikan ketengikan
pada sabun. Oksidasi ini terjadi apabila terjadi kontak langsung dengan
oksigen.
Setelah penetralan alkali, sabun dikeluarkan dari
cetakan, dipotong-potong sesuai selera dan siap dikemas. Sabun diamati sifat
kestabilan emulsinya, tekstur, kekerasan, dan daya busanya.
3.3 Analisa Data
3.3.1
Stabilitas emulsi
Stabilitas atau kestabilan
emulsi merupakan salah satu karakter penting dan mempunyai pengaruh besar
terhadap mutu produk emulsi. Ketidakstabilan suatu sistem emulsi dapat diamati
dari fenomena yang terjadi selama emulsi dibiarkan atau disimpan dalam jangka
waktu tertentu. Penentuan stabilitas emulsi terhadap sabun digunakan untuk
mengetahui daya simpan sabun tersebut. Berdasarkan
tabel hasil pengamatan, stabilitas emulsi terbaik berturut-turut formulasi I,
II atau IV, III dengan nilai 4, 3, 1. Semakin besar nilai stabilitas emulsi,
maka emuslinya semakin sempurna. Jika dibandingkan antara formulasi I dan III,
nilai stabilitas emulsinya 4 : 1. Formulasi I mempunyai stabilitas emulsi
terbaik karena pada formulasi tersebut aqua steril yang ditambahkan sebanyak
33,5 ml sedangkan pada formulasi III lebih sedikit yaitu 28,5 ml. Jumlah air
yang ditambahkan mempengaruhi emulsi yang terbentuk karena emulsi pada sabun
ini water in oil. Apabila air yang
ditambahkan terlalu sedikit juga tidak membentuk emulsi yang sempurna jika
terlalu banyak maka tidak terbentuk emulsi yang stabil. Berdasarkan literatur,
komposisi antara minyak dan NaOH yaitu 3 : 1, jika tidak maka akan didapati
reaksi yang tidak setimbang sehingga akan didapatkan sabun yang kurang
sempurna.
Menurut Suryani et al. (2002), jumlah asam lemak mempengaruhi
tingkat kestabilan emulsi serta berperan dalam menjaga konsistensi sabun. Kestabilan emulsi juga
dipengaruhi oleh kadar air dan adanya bahan dasar yang bersifat higroskopis
seperti NaOH, gilserin, dan EDTA. Semakin tinggi kadar air sabun maka semakin
tidak stabil sistem emulsinya. Sabun padat termasuk dalam emulsi tipe w/o (water in oil). Emulsi yang baik tidak
membentuk lapisan-lapisan, tidak terjadi perubahan warna dan memiliki
konsistensi tetap.
Jika
dibandingkan antara formulasi III dengan formulasi II dan IV, formulasi II dan
IV mempunyai stabilitas emulsi lebih baik. Hal ini juga dipengaruhi oleh
penambahan NaOH, NaOH pada formulasi III sebanyak 19 g, NaOH bersifat
higroskopis, jika NaOH yang ditambahkan banyak otomatis mudah menyerap air,
sedangkan adanya air pada sabun selama penyimpanan akan merusak emulsi pada
sabun. Emulsi yang dihasilkan tidak sempurna pada formulasi III, sabun
berbentuk gumpalan gumpalan atau tidak menyatu.
3.3.2
Tekstur
Tekstur sabun yang baik memiliki
tekstur yang halus. Berdasarkan data hasil pengamatan tekstur paling lembut
berturut-turut formulasi I, II, III dan IV dengan nilai 4, 3, 2, 2. Kehalusan
sabun ini dipengaruhi oleh emulsi yang terbentuk selama pengadukan. Kehalusan
hampir berbanding lurus dengan stabilitas emulsi. Stabilitas emulsi tinggi maka
terbentuk emulsi yang sempurna. Menurut Suryani
et al. (2002), emulsi yang baik tidak membentuk lapisan-lapisan, tidak terjadi
perubahan warna dan memiliki konsistensi tetap.
3.3.3
Kekerasan
Kekerasan sabun sangat dipengaruhi
oleh adanya asam lemak jenuh dalam sabun. Semakin banyak jumlah asam lemak
jenuh dalam sabun, maka sabun akan menjadi semakin keras. Sabun yang paling
keras yaitu pada formulasi I,II,IV dengan nilai kekerasan sama, 4, sedangkan
pada formulasi III nilai kekerasannya 3. Semakin besar nilai kekerasan maka
sabun semakin keras. Kerasnya sabun ini dipengaruhi oleh penambahan lemak kakao
karena lemak kakao mengandung asam stearat dengan jumlah atom karbon 18.
Menurut Mitsui (1997), asam stearat berbentuk padatan berwarna putih kekuningan
dan berperan dalam memberikan konsistensi dan kekerasan pada sabun. Pada
formulasi III ditambahkan lemak kakao sebanyak
37,5 g sedangkan pada formulasi II dan IV lemak kakao yang ditambahkan
50 g. Semakin banyak lemak kakao yang ditambahkan maka akan menghasilkan
tekstur yang semakin keras. Namun hal ini tidak berlaku pada formulasi I,
formulasi I lemak kakao yang ditambahkan 37,5 g namun kekerasannya lebih tinggi
dibandingkan formulasi III yang sama-sama ditambahkan lemak kakao 37,5 g. Hal
ini kemungkinan terjadi perbedaan pada saat penilaian sensoris kekerasan karena
yang digunakan panelis tidak terlatih.
3.3.4
Daya busa
Daya busa merupakan panjang busa
yang dihasilkan setelah dilakukan pengocokan selama 10 detik.
Asam laurat merupakan asam lemak
jenuh yang memiliki sifat pembusaan yang baik dan sering digunakan dalam
formulasi sabun. Penggunaan asam laurat sebagai bahan baku akan menghasilkan
sabun dengan kelarutan yang tinggi dan karakteristik busa yang baik.
Berdasarkan data hasil pengamatan,
daya busa pada formulasi I nilainya 40, formulasi II 20, formulasi III 42,
formulasi IV 40. Formulasi III mempunyai daya busa tertinggi karena minyak
sawit dan NaOH lebih banyak. Minyak sawit ini mengandung asam laurat 0,3%
dengan jumlah atom karbon 12 dan mengandung asam lemak miristat dengan jumlah
atom karbon 14. Asam lemak dengan rantai karbon 12-14 memberikan fungsi yang
baik untuk pembusaan sementara asam lemak dengan rantai karbon 16-18 baik untuk
kekerasan dan daya detergensi (Cavitch, 2001).
Semakin banyak NaOH yang
direaksikan dengan minyak dan lemak maka sabun yang dihasilkan semakin banyak
sehingga ketika sabun direaksikan dengan air banyak menghasilkan busa.
Banyaknya busa akan meperbesar nilai daya busa. Pada formulasi III NaOH yang
ditambahkan sebanyak 19 g sedangkan pada Formulasi I dan II 14 g. Walaupun pada
formulasi IV jumlah NaOH nya sama 19 g tapu daya busanya lebih rendah, hal ini
dikarenakan pada formulasi IV minyak sawit yang ditambahkan lebih sedikit,
yaitu 37,5 ml, sedangkan minyak sawit dapat meningkatkan daya busa karena
kandungan asam laurat dan asam miristat yang baik dalam pembusaan.
BAB IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari
praktikum ini dapat didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
a.
Stabilitas emulsi
paling baik yaitu pada formulasi I dengan nilai stabilitas emulsi 4. Stabilitas
emulsi pada sabun dipengaruhi oleh kadar air, semakin banyak kandungan air,
maka akan merusak emulsi. Tingginya kandungan air dapat disebabkan oleh penambahan
bahan-bahan yang bersifat higroskopis seperti NaOH.
b.
Tekstur paling
halus yaitu pada sabun dengan formulasi I. Hal ini dikarenakan kehalusan
tekstur hampir sebanding dengan stabilitas emulsi. Semakin stabil emulsi maka
sabun yang dihasilkan semakin halus.
c.
Sabun yang paling
keras yaitu pada formulasi I,II,IV dengan nilai yang sama yaitu 4. Kekerasan
sabun sangat dipengaruhi oleh adanya asam lemak jenuh dalam sabun. Semakin
banyak jumlah asam lemak jenuh dalam sabun, maka sabun akan menjadi semakin
keras.
d.
Daya busa paling
tinggi yaitu pada sabun dengan formulasi III, yaitu 42. Daya busa ini
dipengaruhi oleh asam lemak dan NaOH. Semakin banyak
NaOH yang direaksikan dengan minyak dan lemak maka sabun yang dihasilkan
semakin banyak sehingga ketika sabun direaksikan dengan air banyak menghasilkan
busa.
4.2 Saran
Sebaiknya perlu ada penjelasan prosedur keamanan
penggunaan bahan-bahan yang berbahaya seperti NaOH agar tidak terjadi
kecelakaan yang berakibat fatal pada praktikan.
DAFTAR PUSTAKA
Cavitch, S. M. 2001. Choosing Yours Oil, Oil Propeties of Fatty Acid. http://users.siloverlink.net/~timer/soapdesign.html.
Ketaren, S.
1986. Minyak dan Lemak Pangan.
Jakarta : UI Press.
Mitsui, T. 1997. New Cosmetics Science. Tokyo :
Shiseido Co., Ltd.
Spitz, L. 1996. Soap and Detergents, A Theoretical
and Practical Review. Illinois : AOCS Press.
Suryani, A. , I. Sailah dan E. Hambali.
2002. Teknologi Emulsi. Bogor : Jurusan Teknologi Industri Pertanian,
Fakultas Teknologi Pertanian IPB.
Winarno, F. G.
1997. Kimia Pangan dan Gizi.
Jakarta : PT Gramedia
LAMPIRAN FOTO
Selamat pagi,
BalasHapusPerkenalkan saya Thomas (PD.COCOALAND INDO SEMESTA) dari Bandung.
Kami adalah perusahaan yang bergerak di bidang penyedia/supplier COCOA PRODUCT, antara lain: COCOA BUTTER, COCOA POWDER, COCOA LIQUOR dll.
Perkenankan kami untuk menawarkan COCOA BUTTER pada Ibu, barangkali Ibu memerlukannya.
Untuk informasi lebih lanjut, silahkan hubungi saya pada nomor telepon yang sudah tertera di bawah.
Terima kasih atas kerjasamanya.
Hormat Saya,
Thomas Abraham
PD.C OCOALAND INDO SEMESTA
Jl.Gempol Asri II No.22 Komp.Gempol Asri. Rt/Rw.02/10
Kel.Gempol Sari, Kec.Bandung Kulon.
Bandung 40215
Telepon: 081223201725, (022)91166996
e-mail: cocoaland.indosemesta@gmail.com